AMANPALESTIN.ID- Dunia Islam sedang berduka, tepat pada tanggal 2 Januari 2024, tentara zionis membunuh Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Syeikh Saleh al-Arouri, Beirut Selatan, Lebanon. Ketangguhan dan keberanian al-Arouri sangat dibenci dan menjadi ancaman pejabat Israel. Perjuangannya dalam membangun kemampuan perlawanan Palestina di Tepi Barat menjadi bukti rapuhnya keamanan Israel.
Al-Arouri memiliki nama lengkap Saleh Mohammad Suleiman Khaseeb, lahir pada 19 Agustus 1966. Panggilan “Al-Arouri” berasal dari kota tempat ia lahir, yaitu Kota Arura, Ramallah. Inilah yang menjadi alasan ia lebih dikenal dengan nama al-Arouri yang artinya seorang keturunan Kota Arura.
Belasan tahun ditahan hingga dipaksa keluar dari Palestina
Al-Arouri sejatinya termasuk pemimpin Hamas yang paling taat. Selama 15 tahun dirinya harus mendekam di balik dinginnya jeruji besi oleh zionis Israel. Tidak hanya dipenjara, pada 2010 ia bahkan dipaksa keluar dari Palestina menuju ke Suriah. Al-Arouri sempat berpindah-pindah, sebelumnya ia pindah ke Turki, Qatar, Malaysia, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di pinggiran selatan Beirut, Lebanon.
Lebanon kemudian menjadi tempat ia melanjutkan perjuangan revolusionernya. Berbekal warisan para syuhada di masa lalu, ia terus berjuang dengan tekun dan tanpa henti untuk memperebutkan hak-hak rakyatnya.
“Darah dan jiwa kita tidak pernah lebih berharga atau lebih berharga daripada martir mana pun yang gugur,” tuturnya.
Perjalanan perjuangan Al-Arouri
Setelah lulus dari Universitas al-Khalil di Tepi Barat dengan gelar sarjana pada tahun 1987 dan mempelajari Hukum Islam (Syariah), al-Arouri naik pangkat dan akhirnya terpilih sebagai anggota politik biro pada tahun 2010. Ia tidak hanya berkontribusi pada pengorganisasian sel-sel perlawanan di Tepi Barat, tetapi juga memimpin negosiasi kesepakatan pertukaran tahanan.
Ia pertama kali ditahan secara administratif pada awal 1990an oleh tentara Israel karena perjuangannya di Hamas. Kemudian ia dibebaskan, tetapi ditahan kembali dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena mendirikan sel-sel perlawanan di Tepi Barat. Setelah menyelesaikan hukumannya, ia kembali ditahan dan dibebaskan pada tahun 2010 hingga akhirnya dipaksa keluar negara tersebut pada tahun yang sama.
Keberhasilannya dalam pertukaran tahanan tidak bisa ditandingi. Pada 2011 ia bertugas menyelesaikan pertukaran tahanan dengan pendudukan Israel yang dimediasi Mesir. Operasi tersebut kemudian mendapat julukan “Wafaa Al-Ahrar” (Setia pada Kebebasan) oleh Hamas. Hasil dari perundingan tersebut membuahkan kemenangan.
Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditawan Hamas dibebaskan dengan imbalan pembebasan 1.027 tahanan Palestina yang ditahan di Penjara Israel, termasuk pemimpin Hamas saat ini, Yahya Sinwar dan tokoh-tokoh Palestina lainnya.
Pada tanggal 9 Oktober 2017, al-Arouri terpilih sebagai Wakil Kepala Biro Politik Hamas. Satu tahun kemudian, Amerika Serikat memasukkannya ke dalam “daftar teroris” yang terkenal, dan pada tahun 2021, ia menjadi pemimpin gerakan Hamas di Tepi Barat.