“Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat.”
Ibuk
AMANPALESTIN.ID — Iwan Setyawan merupakan penulis buku asal Kota Batu, Malang yang menulis buku 9 Summers 10 Autumn. Bahkan, buku tersebut sudah difilm-kan. Selain bukunya yang berjudul 9 Summers 10 Autumn yang banyak meraih atensi publik karena mampu menginspirasi banyak orang, Iwan Setyawan juga menulis buku berjudul ‘Ibuk’.
Pada awal cerita dalam buku ‘Ibuk’, alur yang diceritakan penulis terkesan ‘ngebut’ karena kejadian demi kejadian tidak diceritakan begitu detail dan terkesan ringkas. Namun, setelahnya alur cerita mulai lebih santai dan runtut.
Memasuki halaman cerita yang mengisahkan kehidupan penulis ketika masa kuliah yang jauh dari rumah dan orang tua. Penulis juga menceritakan kerinduannya terhadap kampung halaman dan rumahnya, pengalamannya saat berhasil pergi menjelajahi tiap jengkal negara-negara besar di dunia, bahkan hingga saat penulis berhasil memberikan uang hasil keringatnya sendiri kepada kedua orang tuanya.
Perjuangan penulis juga sangat inspiratif, terutama saat penulis juga mampu untuk membantu menafkahi biaya kuliah adik-adik dan kakak-kakaknya. Klimaks kesedihan dalam kisah penulis dalam buku ‘Ibuk’ adalah ketika Ayahanda penulis jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Iwan Setyawan, lewat bukunya yang berjudul ‘Ibuk’ banyak mengajarkan pembaca tentang betapa dahsyatnya kekuatan doa dari keluarga, terutama Ayah dan Ibu. Iwan mengajari pembaca bagaimana setiap orang harus menembus batas ketakutan yang dimiliki dan percaya bahwa keterbatasan dalam menggapai mimpi dan cita-cita bisa ditepis lewat keyakinan dan keteguhan.
Iwan Setyawan mengajarkan juga bahwa cinta seorang Ibuk benar-benar menjadi karunia dan kekuatan doa, kekuatan senyum, kekuatan cinta yang akan menguatkan anak-anaknya sepanjang masa. Hal yang paling penting dalam hidup penulis adalah kepercayaannya pada Allah bahwa hal baik akan selalu ada kepada orang yang mau percaya terhadap kuasa-Nya dan yakin bahwa setelah kesulitan ada kemudahan.
Harus selalu ada yang dikorbankan. Harus selalu ada yang merelakan. Harus selalu ada yang berjalan jauh untuk mencapai sebuah kebahagiaan dan harapan. Semoga, setiap dari kita bisa banyak belajar pada orang-orang yang telah banyak melalui pahit-manisnya hidup, seperti Iwan Setyawan, seorang anak tukang angkot dari Kota Apel yang melambungkan namanya sebagai Direktur di The Big Apple, New York, Amerika Serikat.
Semoga bermanfaat.